Sejarah n 250
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT
IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air
Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan
teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
N-250 rencananya akan dibuat empat pesawat prototipe (prototype
aircraft - PA) yaitu PA-1, PA-2, PA-3, dan PA-4. Akan tetapi hanya dibuat 2
pesawat prototip saja menyusul diberhentikannya program pengembangan.
§ PA-1 dengan sandi Gatotkaca, 50 penumpang, terbang perdana (first flight)
selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995.
§ PA-2 dengan sandi Krincing Wesi, N250-100, 68 penumpang terbang perdana (first
flight) pada tanggal 19 Desember 1996.
Pesawat N-250 adalah pesawat
regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan
kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan
perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan
perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya
seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio,
yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN.
Pesawat
ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang
dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang
pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.
Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang
dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan
daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya
dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu
(sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah
satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak
keluaran perdananya 1985, karena perusahaan
industrinya,Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Spesifikasi pesawat
N 250
Pesawat ini
menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan
perusahaan Allison. Pesawat berbaling
baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330
mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi
di kelas turprop 50 penumpang. Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter)
dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan
diturunkan yang akan menurunkan performa).
Berat dan Dimensi
§ Rentang Sayap : 28 meter
§ Panjang badan pesawat : 26,30
meter
§ Tinggi : 8,37 meter
§ Berat kosong : 13.665 kg
§ Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
Pesawat N 250 pada zamannya memakai teknologi-teknologi
yang modern, teknologi yang sekarang telah banyak digunakan pada
pesawat-pesawat saat ini. N 250 adalah Pesawat buatan anak Indonesia pertama,
pesawat kebanggaan bangsa Indonesia. Coba saat itu Indonesia tidak mengalami
krisis moneter mungkin pasawat Gatotkaca ini sudah menghiasi langit-langit biru
di Indonesia ini
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/N-250