Pabrik Pembuat Pesawat terbang di Amerika (Boeing) dan Eropa (Airbus)
Pabrik Boeing di
Amerika
Pabrik Pesawat Terbang Boeing di Everett, Washington, Pinggiran Seattle,
AS merupakan fasilitas pembuatan pesawat terbang terbesar di dunia. Jauh lebih
besar ketimbang pabrik Airbus di Toulouse, Prancis. Pabrik yang berdiri Juni
1968 ini telah tercatat The Guinness World Records sebagai pabrik pesawat
terbang terbesar di dunia dari sisi volume, yakni 472 juta kaki kubik atau 13,3
juta meter kubik. Tinggi atapnya 114 kaki (35 meter), sedangkan crane (derek
pengangkat di pabrik) terpasang di ketinggian 90 kaki (28 meter).Ukuran semula
pada tahun 1968 hanya 98,3 acre (39,8 hektare), pabrik Boeing terus diperluas
sampai beberapa kali hingga mencapai 1.025 acre (415 hektar) pada 1993 dalam
rangka pembuatan 777.
Saat ini pabrik tersebut lebih banyak diperuntukkan sebagai tempat pembuatan
pesawat-pesawat Boeing 747, 767, 777, dan 787 (Dreamliner). Pabrik Boeing
memiliki tidak kurang dari 25 ribu orang. Di Washington State, Boeing memiliki
72 ribu karyawan. Total karyawan perusahaan itu lebih dari 150 ribu.
Pabrik ini juga melayani company visit bagi publik yang ingin berkunjung. Dari
satu building Future of Flight, pengunjung dapat melihat bagaimana proses
produksi sebuah pesawat terbang.
Pengunjung tiba the Boeing factory in Everett, Wash.dimana mereka akan melihat 777s yang sedang dirakit.
Anak kecil yang berpose di Pratt & Whitney 777 engine.
The Boeing Store adalah satu dari toko cinderamata Boeing yang berlokasi di Future of Flight. Menawarkan Logo Boeing pada apparel dan merchandise.
Pabrik Airbus di Eropa
INILAH gedung paling besar di Eropa! Klaim itu
diucapkan Stefani, Public Relation perusahaan pesawat Airbus, satu dari dua
perusahaan pesawat komersial besar yang diperhitungkan di dunia, selain Boeing.
Pabrik Arbus terletak di Toulouse, sebuah kota
kecil di selatan Prancis. Udara di daerah yang sering disebut sebagai kota
pelajar ini jauh lebih hangat dibanding Paris, ibukota Prancis. Buat saya,
Toulouse yang sering juga disebut Kota Pink (banyak bangunan sengaja
dipertahankan menggunakan batu bata telanjang), jauh terasa lebih nyaman
dibanding Paris. Barangkali perbandingannya seperti Jakarta dan Jogja.
Kembali ke Sepenggal Kisah di Pabrik Airbus,
sungguh menyenangkan bisa mendapat kesempatan melakukan touring di pabrik
pesawat komersial besar ini. Kesempatan datang saat mengikuti acara pengambilan
pesawat baru A330-200 milik Garuda dari Toulouse menuju Jakarta.
Di hanggar pabrik, potongan pesawat berbadan besar
tampak diselimuti lintasan-lintasan besi dan peralatan. Suasana pabrik sangat
tenang, masing-masing karyawan bekerja di bagian tubuh pesawat, sesuai keahlian
masing-masing.
Salah satu kegiatan perakitan
|
Pemandu yang menggantikan Stefani selama di
dalam pabrik, menjelaskan potongan-potongan badan, sayap, bagian depan, dan
belakang pesawat dibuat di pabrik Airbus di negara-negara berbeda. Bagian sayap
misalnya, dibuat di Inggris. Potongan-potongan tersebut kemudian dibawa lewat
jalur sungai, dan dirakit di Toulouse.
Setelah selesai perakitan, dilakuklan ujicoba
penerbangan ke Hamburg, tempat finishing kokpit dan interiror pesawat. Tentu
yang satu ini dilakukan sesuai permintaan pelanggan. Setelah itu, ada yang
sebagian dibawa kembali ke Toulouse, ada juga yang diambil konsumen di Hamburg.
Lalu pada kesempatan berbeda, pihak Airbus
menjelaskan sejarah perkembangan jenis pesawat berbadan besar yang jadi cikal
bakal pesawat Airbus jenis family, termasuk A330-200 yang baru saja dibawa ke
Tanah Air oleh Garuda Indonesia Airways, Sabtu (16/5).
Dan amboi, pihak Airbus mengakui perkembangan
pesawat berbadan besar dengan dua kokpit, tidak terlepas dari peran Garuda
Indonesia Airways. Loh...loh...bagaimana kisahnya?
Pada 1979, Garuda Indonesia memesan
sembilan peawat Airbus A300-B4, pesawat bermesin ganda dan berbadan lebar
pertama di dunia. Namun, Garuda memberi persyaratan akan membeli pesawat
tersebut, jika Airbus melakukan perombakan pada kokpit. Tuntutannya, ialah
menjadikan ruang kokpit menghadap ke depan dengan hanya dikomandoi dua pilot,
tanpa teknisi penerbangan tambahan.
Syarat itu membuat pihak Airbus melakukan kajian
khusus. Maklum, ketika itu, pesawat berbadan besar pertama di dunia itu masih
dikomandoi lebih dari dua pilot. Itu pun masih harus dilengkapi dengan teknisi
tambahan.
Syarat yang diajukan tidak sia-sia. Pihak Airbus
akhirnya menyatakan sanggup. dan pada 1982, Garuda Indonesia menjadi pembeli
pertama pesawat berbadan besar A300 dengan hanya dikomandoi dua pilot dan
rancanangan kokpit menghadap ke depan.
Kini, hampir seluruh maskapai penerbangan di
dunia menggunakan pesawat berbadan besar jenis A300 dengan model kokpit yang
dkomandoi dua pilot. Rancangan ini menjadi terobosan menuju penghematan, diiringi
kemajuan kecanggihan teknologi yang digunakan Airbus.
Historic everett Factory on 1968
Untuk para ilmuwan. Black box nya diberi pelampung dengan demikian jika kecelakaan dilautan lepas dan tenggelam dia akan naik kepermukaan dgn sendirinya. Ibaratkan air bag di dalam mobil. Terima kasih
BalasHapusboleh juga tapi yang dikhawatirkan jika dipakaikan pelampung bisa saja terbawa arus dan lebih susah dicari karena sudah tidak lagi berada pada titik kordinat jatuhnya pesawat.
Hapussumbernya dari mana?
BalasHapus